A. Pendahuluan
Lokasi Indonesia yang terletak pada 3 tumbukan (konvergensi) lempeng kerak bumi, yakni lempeng Benua Eurasia, lempeng Benua India-Australia dan lempeng Samudra Pasifik melahirkan suatu struktur geologi yang memiliki kekayaan potensi pertambangan yang telah diakui di dunia. Namun, potensi yang sangat tinggi ini masih belum tergali secara optimal. Disamping itu, tingkat investasi di sektor ini relatif rendah dan menunjukkan kecenderungan menurun akibat terhentinya kegiatan eksplorasi di berbagai kegiatan pertambangan. Menurut studi yang dilakukan Fraser Institute dalam Annual Survey of Mining Companies (December 2002), iklim investasi sektor pertambangan di Indonesia tidak cukup menggairahkan. Banyak kalangan menghawatirkan bahwa dengan kondisi seperti ini maka masa depan, industri ekstraktif khususnya pertambangan di Indonesia akan segera berakhir dalam waktu 5 sampai 10 tahun.
Kondisi ini patut disayangkan karena industri ini memberikan sumbangan yang cukup besar bagi perekonomian nasional maupun daerah. Dampak ekonomi dari keberadaan industri pertambangan antar lain penciptaan output, penciptaan tenaga kerja, menghasilkan devisa dan memberikan kontribusi fiskal. Pada makalah ini akan dibahas mengenai gambaran kondisi pertambangan mineral, iklim investasi pertambangan, tinjauan manfaat ekonomi kegiatan pertambangan, permasalahan yang dihadapi industri pertambangan dan rekomendasi kebijakan. . Di dalam artikel ini akan disajikan (i) Kekhawatiran Akan Polusi, (ii) Kondisi Makin Berat, (iii) Sekedar Jeda, (iv) Cari Jalan Keluar, (v) Hanya sementara, (vi) Seleksi alam, (vii) Kesimpulan.
B. Kekhawatiran Akan Polusi
Kekuatan ekonomi, kekhawatiran akan polusi, dan persaingan dengan bahan bakar yang lebih bersih membuat negara-negara di dunia perlahan-lahan menyingkir dari batubara yang dulu sukses menggerakkan revolusi industri.
Amerika Serikat (AS) hanya akan mengonsumsi 943 juta ton batubara tahun ini, sebanyak yang dikonsumsi pada 1993. Saat ini, negara tersebut siap mengadopsi aturan polusi yang mungkin melarang pembangunan pembangkit listrik listrik berbahan batubara. Dan China, yang mengonsumsi 4 miliar ton batubara per tahun – setara dengan konsumsi dunia jika digabungkan – tengah mengambil langkah-langkah untuk memperlambat pertumbuhan konsumsi batubaranya.
Seperti dilansir AP, Minggu (22/9), Michael Parker, analis komoditas di Bernstein Research , menyebut pergeseran di China itu sebagai ‘awal dari akhir batubara’. Meski penggunaan batubara secara global hampir pasti tumbuh dalam beberapa tahun ke depan – dan tetap menjadi bahan bakar penting dalam beberapa dekade setelah itu – bahan bakar itu segera memulai era penurunan konsumsi.
Di AS, produksi batu bara akan jatuh ke level terendah dalam 20 tahun, hanya lebih dari 1 miliar ton tahun ini. Menurut penelitian yang dilakukan oleh SNL Energy, perusahaan analisis dan penyedia data pasar energi, pada semester pertama tahun ini, sebanyak 151 tambang batubara AS yang mempekerjakan 2.658 pekerja tekah menghentikan produksi.
Di Jambi, sebanyak 331 produsen batubara telah menghentikan produksi mereka akibat penurunan harga yang drastis. Kondisi itu menyebabkan penurunan produksi sementara pasokan menumpuk di pelabuhan. Di provinsi tersebut, sebanyak 347 produsen batubara memiliki izin operasi pertambangan, terdiri atas 206 perusahan dengan izin operasi dan 141 perusahaan dengan izin produksi.
Saat ini, hanya 12-14 perusahaan yang masih memproduksi dan menjual batubara, dengan produksi mencapai 50 juta ton.
Tahun ini, penjualan batubara di Jambi hanya mencapai 3,5 juta ton, jauh lebih rendah dibandingkan 6,8 juta ton pada 2012.
C. Kondisi Makin Berat
Industri batubara dan pakar energi telah lama meramalkan bahwa aturan udara bersih dan persaingan dari gas alam akan membuat AS pasar makin sulit diakses batubara . Tapi mereka memperkirakan bahwa meningkatnya permintaan batubara di Asia, dan khususnya Cina, akan lebih dari cukup untuk mengatasi perlambatan permintaan di AS, dan itu cukup untuk mendukung perusahaan-perusahaan batubara selama tahun-tahun mendatang .
Namun harapan besar itu mungkin memudar. Dalam sebuah laporan yang diterbitkan awal bulan ini, para analis Citibank menyatakan bahwa ‘salah satu asumsi yang paling tak tergoyahkan di pasar energi global’ yaitu bahwa permintaan batubara akan terus meningkat di China di masa mendatang – akan terbantahkan. Bernstein Research membuat kesimpulan yang sama dalam laporan yang dipublikasikan pada Juni lalu.
Kedua laporan itu memprediksi bahwa permintaan batubara di China akan mencapai puncaknya sebelum 2020. Para peneliti Bernstein memprediksi, permintaan China akan memuncak pada 4,3 miliar ton pada 2015 dan mulai jatuh pada 2016. Menurut Bernstein, China masih merupakan negara terpenting bagi industri batubara dunia. Tanpa China, permintaan dunia turun 1,2 persen selama periode tersebut .
Namun pertumbuhan ekonomi China, yang rata-rata mencapai 10 persen dalam 10 tahun yang berakhir pada 2012, diperkirakan melambat menjadi 5-8 persen dalam dekade berikutnya. Konsekuensinya, pada saat yang sama, perekonomian China diperkirakan membutuhkan energi lebih sedikit untuk tumbuh. Dan, bentuk-bentuk lain dari pembangkitan listrik seperti nuklir, hydro-electricdan energi terbarukan bakal menyingkirkan batubara.
Dua pekan lalu, Pemerintah China mengumumkan bahwa mereka akan melarang pembangkit listrik baru berbahan bakar batubara di tiga daerah industri penting, yaitu Beijing, Shanghai, dan Guangzhou .
“Semua masyarakat industri akhirnya memutuskan bahwa meski batubara murah, kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan industri yang tidak terkendali tidak lagi bisa ditoleransi,” kata para analis Bernstein .
Jika prediksi ini terjadi, itu akan memberatkan negara-negara pengekspor batubara besar seperti AS, Australia, dan Indonesia.
D. Sekedar Jeda
Namun bagi industri batubara, kondisi ini hanyalah sebuah jeda yang membayangi pasar komoditas yang terjadi setiap beberapa tahun. Kelebihan pasokan batubara global pada tahun lalu mendorong harga turun secara dramatis dan memaksa perusahaan-perusahaan untuk memangkas produksi. Kejenuhan pasar ini sedang berjalan.
Menurut mereka, bahkan jika pertumbuhan ekonomi di negara-negara seperti China dan India tidak sebesar yang dicapai dalam dekade terakhir, situasi itu masih cukup kuat untuk menjaga permintaan global tetap kuat selama bertahun-tahun.
“Batubara masih memiliki beberapa dekade pertumbuhan jangka panjang di depan,” kata Vic Svec, kepala hubungan investor di Peabody Energy, produsen batubara swasta terbesar di dunia.
Perusahaan ini memprediksi bahwa antara 2012 dan 2017, dunia masih membutuhkan tambahan 1,3 miliar ton batubara per tahun atau sepertiga lebih yang dikonsumsi AS dalam setahun.
“Mungkin hari ini (Asia) tidak membutuhkan batubara karena ada kelebihan pasokan dan harga turun, tapi itu akan berubah,” kata Michael Dudas, seorang analis perusahaan batubara di Stern Agee.
E. Cari Jalan Keluar
Di Indonesia, perusahaan-perusahaan batubara berupaya mencari siasat untuk mengakali penurunan harga komoditas ini.
PT Adaro Energy dan PT Bukit Asam akan membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), suatu upaya untuk menghidupkan kembali permintaan akan batubara dan meredam penurunan harga di pasar global.
Langkah itu diambil menyusul pelemahan ekonomi China yang berdampak pada penurunan kebutuhannya akan batubara sehingga berdampak pada marjin laba produsen batubara.
Selain itu, kedua perusahaan berharap pada meningkatnya kebutuhan akan batubara di pembangkit-pembangkit listrik milik pemerintah dalam mengejar target pertumbuhan tahunan sebesar 9,4 persen per tahun dalam delapan tahun serta fakta bahwa sepertiga dari seluruh penduduk Indonesia belum memperoleh akses ke listrik.
“Bisnis batubara bersifat seperti siklus. Dengan masuk ke bisnis pembangkit listrik, kami menyeimbangkan portofolio dengan bisnis yang stabil, bisa diprediksi, dan menghasilkan pendapatan yang bagus,” kata Adrian Lembong, direktur PT Adaro Power, anak perusahaan Adaro Energy. (cundoko aprilianto) .
F. Hanya sementara
Harga batu bara menguat tajam beberapa tahun terakhir sejak komoditas ini menjadi primadona energi terutama bagi dua negara terbesar di Asia, Cina dan India.Dua negara ini juga menjadi tujuan utama ekspor batu bara asal Indonesia, selain Jepang serta beberapa negara Eropa.Kelesuan ekonomi di Eropa dan AS membuat permintaan terhadap industri manufaktur di Cina dan India melemah dan akibatnya pembelian batu bara dikurangi.
Namun produsen seperti Bumi Resources, produsen batu bara terbesar di Indonesia, menyatakan tidak khawatir. Srivastava menegaskan meski turun jauh, harga batu bara sudah mengalami penaikan pesat dalam beberapa tahun terakhir, dan seluruhnya menunjukkan naik-turun harga adalah siklus yang biasa terjadi.
Keyakinan yang sama diungkapkan pemerintah, yang memperkirakan harga akan kembali ke titik keseimbangan sekitar US$90. "Untuk pelemahan ini akan terganggu sampai akhir tahun," kata Wakil Menteri ESDM Rudy Rubiandini.
G. Seleksi alam
Namun menurut Direktur Asosiasi Pengusaha Batu bara Indonesia (APBI), Bob Kamandanu, situasi seperti ini belum pernah terjadi. Yang merisaukan menurutnya kondisi melemahnya harga batu bara sudah berlangsung cukup lama dan diperkirakan akan bertahan hingga tahun depan.
Bob menyebut membludaknya pemain baru industri tambang batu bara sebagai penyebab utama merosotnya harga, yang dicatat APBI melonjak pesat dari puluhan hingga sekitar 400 perusahaan dalam tempo beberapa tahun terakhir.
Harga komoditas energi yang terus melonjak dan permintaan dunia yang tak henti-hentinya membuat industri ini diminati semua kalangan bahkan bagi mereka yang tak ada pengalaman di dalamnya. Akibat pukulan berat sejak akhir tahun lalu, APBI memperkirakan kini populasi industri ini tinggal separuhnya.
H. Kesimpulan
Industri batubara dan pakar energi telah lama meramalkan bahwa aturan udara bersih dan persaingan dari gas alam akan membuat pasar makin sulit diakses batubara . Tapi diperkirakan bahwa meningkatnya permintaan batubara di Asia, dan khususnya Cina, akan lebih dari cukup untuk mengatasi perlambatan permintaan di AS, dan itu cukup untuk mendukung perusahaan-perusahaan batubara selama tahun-tahun mendatang . Jadi untuk para pengusaha dan pemerintah harus saling berkontribusi dalam hal ini. Karena bagaimanapun ini adalah salah satu penyumbang penghasilan Negara dan sangat disayangkan bila tidak di kelola dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
H. Salim, HS. 2008. Pertambangan Mineral dan Batubara. Jakarta: Rajawali Pers.
Adjie, Habib. 2008. Prospek Batu Bara. Bandung: CV. Mandar Maju.
“Harga Batu Bara di Perkirakan Masih Akan Terus Turun”. 2013
http://www.apbiicma.com/index.php?option=com_content&view=article&id=281:harga-batu-bara-diperkirakan-masih-terus-menurun&catid=104&Itemid=789
“Harga Batu Bara Turun, Menteri ESDM Beri Solusi”. 2014
http://ekonomi.inilah.com/read/detail/2154277/harga-batu-bara-turun-menteri-esdm-beri-solusi#.VJKPhi6LHCA
“Batu Bara, Sumber Energi Indonesia Masa Depan”. 2014
http://www.bppt.go.id/index.php/teknologi-informasi-energi-dan-material/1595-batubara-sumber-energi-indonesia-masa-depan
0 komentar:
Posting Komentar