Pelapukan kimia membuat komposisi kimia dan mineralogi suatu batuan  dapat berubah. Mineral dalam batuan yang dirusak oleh air kemudian  bereaksi dengan udara (O2 atau CO2), menyebabkan sebagaian dari mineral  itu menjadi larutan. Selain itu, bagian unsur mineral yang lain dapat  bergabung dengan unsur setempat membentuk kristal mineral baru. 
Pada pelapukan kimia air dan gas terlarut memegang peran yang sangat  penting. Sedangkan pelapukan kimia sendiri mempunyai peran terpenting  dalam semua jenis pelapukan. Hal ini disebabkan karena air ada pada  hampir semua batuan walaupun di daerah kering sekalipun. Akan tetapi  pada suhu udara kurang dari 30o C, pelapukan kimia berjalan lebih  lambat. Proses pelapukan kimia umumnya dimulai dari dan sepanjang  retakan atau tempat lain yang lemah.  Kecepatan pelapukan kimia tergantung dari iklim, komposisi mineral dan  ukuran butir dari batuan yang mengalami pelapukan. Pelapukan akan  berjalan cepat pada daerah yang lembab (humid) atau panas dari pada di  daerah kering atau sangat dingin. Curah hujan rata-rata dapat  mencerminkan kecepatan pelapukan, tetapi temperatur sulit dapat diukur.  Namun secara umum, kecepatan pelapukan kimia akan meningkat dua kali  dengan meningkat temperatur setiap 10oC. Mineral basa pada umumnya akan  lebih cepat lapuk dari pada mineral asam. Itulah sebabnya basal akan  lebih cepat lapuk dari pada granit dalam ukuran yang sama besar.  Sedangkan pada batuan sedimen, kecepatan pelapukan tergantung dari  komposisi mineral dan bahan semennya. 
Jenis pelapukan kimia 
- Hidrolisis adalah reaksi antara mineral silikat dan asam (larutan mengandung ion H+) dimana memungkinkan pelarut mineral silikat dan membebaskan kation logam dan silika. Mineral lempung seperti kaolin, ilit dan smektit besar kemungkinan hasil dari proses pelapukan kimia jenis ini (Boggs, 1995). Pelapukan jenis ini memegang peran terpenting dalam pelapukan kimia.
 - Hidrasi adalah proses penambahan air pada suatu mineral sehingga membentuk mineral baru. Lawan dari hidrasi adalah dehidrasi, dimana mineral kehilangan air sehingga berbentuk anhydrous. Proses terakhir ini sangat jarang terjadi pada pelapukan, karena pada proses pelapukan selalu ada air. Contoh yang umum dari proses ini adalah penambahan air pada mineral hematit sehingga membentuk gutit.
 - Oksidasi berlangsung pada besi atau mangan yang pada umumnya terbentuk pada mineral silikat seperti biotit dan piroksen. Elemen lain yang mudah teroksidasi pada proses pelapukan adalah sulfur, contohnya pada pirit (Fe2S).
 - Reduksi terjadi dimana kebutuhan oksigen (umumnya oleh jasad hidup) lebih banyak dari pada oksigen yang tersedia. Kondisi seperti ini membuat besi menambah elektron dari Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih mudah larut sehingga lebih mobil, sedangkan Fe3+ mungkin hilang pada sistem pelapukan dalam pelarutan.
 - Pelarutan mineral yang mudah larut seperti kalsit, dolomit dan gipsum oleh air hujan selama pelapukan akan cenderung terbentuk komposisi yang baru.
 - Pergantian ion adalah proses dalam pelapukan dimana ion dalam larutan seperti pergantian Na oleh Ca. Umumnya terjadi pada mineral lempung.
 


0 komentar:
Posting Komentar